Kamis, 03 Maret 2011

BIARKAN FOTO BERBICARA

Pertama, persiapan dulu.biar gak grogi, cek juga sound nya


dibalik kejadian perkara

heh,sopo njinguk klambikuuuu


(udah dikomen) katanya ada yg nyalon bupati,,,


Coba tebak yang mana ustadznya


Pas acara berlangsung


penuh sesak

eh, ada yang ketidurannn


Ampe keluar coz ga muat





Hore,PERTAMAXXX masih komplit nih


Sruput dulu, baru haaammmmm , (wah nandar ora ngomani pupu)

Hmmm,,,nyaammii... this is it,ala chef **%(&(&


Narsis bentaran






Adakah yang lolos seleksi top model???kayaknya kaga ad yg jamin.
(eh..tuh si nando disendirikan biar muat/ga ngalangin temennya)


Weh sapa tadi yang nyusul belakangan>…..:>>>>???

Rabu, 02 Maret 2011

5 MAKANAN KHAS JOGJA. CEKIDOT

UNTUK masyarakat bontitan , maaf, dah lama artikelnya kaga ane update,, kali ini akan ane share artikel tentang makanan khas jogja yang recomended banget buwat lidah kita.


1
Menyebut gudeg Jogja, otomatis ingatan kita akan tertuju pada sebuah kampung yang terletak di sebelah timur Alun-alun Utara Kraton Jogja. Dari kampung inilah, masakan khas yang berbahan dasar ‘gori’ ini menjadi populer hingga seantero dunia. Tak heran wisatawan yang berkunjung ke Jogja rasanya kurang lengkap jika belum menyantap gudeg di tempat ini.

Ketahanan gudeg Wijilan ini memang cocok sebagai oleh-oleh, karena merupakan gudeg kering, maka tidak mudah basi dan mampu bertahan hingga 3 hari. Tak heran jika gudeg dari Wijilan ini sudah “terbang” ke berbagai pelosok tanah air, bahkan dunia.


2
Satu lagi penegas Yogyakarta sebagai kota bercita rasa manis, yaitu penganan bernama ringkas dan sederhana: geplak. Makanan ringan yang satu ini menjadi kuliner trade mark Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bahkan, kabupaten yang terletak di sebelah selatan Kota Yogyakarta ini mendapat julukan istimewa sebagai Kota Geplak.

Rasa penganan yang berbahan dasar daging kelapa muda, gula, dan tepung beras ataupun tepung ketan ini memang mencerminkan predikat dan citra lidah orang Jogja selama ini, yaitu berasa manis, bahkan mungkin terlalu manis bagi lidah yang belum terbiasa. Namun, mungkin karena manisnya inilah geplak justru menjadi salah satu primadona dan oleh-oleh yang paling dicari oleh para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta dan ke Kabupaten Bantul pada khususnya.

Sejarah geplak sendiri tidak lepas dari riwayat banyaknya pabrik gula, perkebunan tebu dan kelapa yang ada di Bantul. Pada era kolonial Hindia Belanda, Bantul terkenal sebagai daerah penghasil gula tebu. Tercatat ada enam buah pabrik gula pada masa itu dan banyak tanah-tanah pertanian yang ditanami tebu. Dari sekian banyak pabrik gula yang terdapat di Bantul, masih ada satu yang masih bertahan sampai sekarang, yaitu pabrik gula Madukismo. Gula tebu yang dihasilkan oleh beberapa pabrik gula dimanfaatkan untuk membuat penganan, yang salah satunya kemudian dikenal dengan nama geplak.



3
Sebagian dari kita mungkin sudah pernah merasakan kelembutan kue moci, penganan yang menjadi salah satu ikon kuliner negeri sakura. Tapi, jika Anda jeli, tak perlu jauh-jauh melawat ke Jepang, negara yang kaya ini sudah menyediakan segalanya. Sempatkanlah berkunjung ke Yogyakarta dan bidik satu dari sekian banyak jajanan khasnya: yangko. Si kecil mungil nan imut dan lembut dengan bahan dasar tepung ketan inilah yang menjadi padanan kue moci namun bercita rasa lokal, asli buatan lentiknya tangan-tangan pribumi Jogja.

Yangko adalah makanan khas dari Kotagede. Kampung yang berjuluk kota perak ini adalah salah satu kota tua dan bersejarah yang terdapat di Yogyakarta. Dahulu, Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam, sebuah kerajaan besar yang menjadi cikal-bakal Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selain yangko dan kipo yang menjadi simbol kulinernya, di Kotagede Anda akan menemukan banyak hal yang menarik, seperti pusat kerajinan perak dan makam raja-raja Mataram, termasuk di dalamnya petilasan Panembahan Senopati, sang pendiri wangsa Mataram Islam.

Nama yangko diyakini berasal dari kata kiyangko. Dalam pelafalan lidah orang Jawa, kata kiyangko diucapkan dengan singkat menjadi yangko. Konon, orang yang pertama kali mengenalkan yangko adalah Mbah Ireng yang tidak lain adalah kakek buyut Suprapto. Meski Mbah Ireng sudah berinovasi membuat yangko sejak tahun 1921, namun yangko baru mulai dikenal luas oleh masyarakat pada sekitar tahun 1939.


4
Bakpia sebenarnya berasal dari negeri Cina, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Selain itu pula bakpia mulai diproduksi di kampung Pathok Yogyakarta, sejak sekitar tahun 1948. Waktu itu masih diperdagangkan secara eceran dikemas dalam besek tanpa label, peminatnya pun masih sangat terbatas. Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan.


5
Bagi sebagian orang, belalang atau dalam bahasa Jawa disebut walang dianggap sebagai serangga untuk pakan burung atau hama yang sering merugikan petani. Tetapi di Gunungkidul, belalang kayu (Valanga nigricornis) ini menjadi primadona bagi warganya, baik sebagai penikmat maupun para pencari rejeki. Selain kaya gizi, belalang kayu merupakan sumber pendapatan yang dapat menambah pemasukan. Menurut penuturan seorang pemburu belalang Gunungkidul, Wardiono, ia lebih memilih bekerja sebagai pemburu belalang daripada menjadi buruh bangunan karena penghasilannya tidak jauh beda. Dalam sehari ia dapat meraup keuntungan berkisar antara 30 - 40 ribu rupiah.

Belalang goreng ini ternyata tidak hanya digemari oleh masyarakat Gunungkidul, tetapi juga masyarakat dari berbagai daerah seperti Magelang, Semarang, dan Solo yang pernah berkunjung ke Gunungkidul. Tingginya minat masyarakat mengonsumsi belalang goreng juga terlihat dari banyaknya pesanan dari luar pulau Jawa seperti dari daerah Pulau Sumatera. Pesanan yang datang pun tidak tanggung-tanggung karena bisa mencapai beribu-beribu ekor. Belalang goreng juga sering dijadikan oleh-oleh masyarakat perantau Gunungkidul saat kembali ke daerah perantauan. Sebut saja Manthos, seorang penyanyi campursari terkenal asal Gunungkidul, yang setiap ke Jakarta pasti membawa oleh-oleh belalang goreng untuk tetangga, handai taulan, dan sahabat-sahabatnya. Alhasil, kuliner khas Gunung Kidul ini semakin terkenal dan penggemarnya pun semakin bertambah hingga ke berbagai daerah.

NB: satu pesen dari ane.... periksa ke'halal'an setiap makanan yang akan anda makan.
aniwe sekian dulu and thanks for commin'

SOURCE :kaskus

:senyum dikit:KISAH DIBALIK SERANGAN UMUM 1 MARET [jarang banget terpublis]


Mohon jangan marah,just kidding just for laugh. LOL mode on.

Kisah ini terjadi ketika terjadi perang Gerilya melawan tentara Belanda...ditengah hutan di daerah Bantul Jogjakarta.
Pada waktu itu Letkol. Soeharto sebagai Komandan Pasukan, mendapat Tugas Rahasia dari Jogjakarta untuk di sampaikan di Pusat Pasukan Komando yang ada di Tengah Hutan di daerah Bantul ,.karena tugas ini sangat Penting maka untuk Keselamatan Beliau di selalu dikawal oleh anak buahnya.

Ketika akan memulai perjalanan, terjadi percakapan antara Letkol. Suharto dengan anak buahnya,.......

Letkol. Suharto : " Pengawal".......
Pengawal : " Siap Komandan"....jawab pengawal dengan tegas.
Letkol. Suharto : " Apapun yang terjadi, posisi kamu harus tetap dibelakang saya ".........perintah Letkol. Suharto dngan bgitu tegas.
Pengawal : " Siap Komandan "....jawab sang Pengawal

Setelah selesai pembicaraan. mereka berdua memulai perjalanan ke Pusat Komando yang ada di tengah Hutan.

Ditengah perjalanan Letkol.Suharto berasa ingin buang air besar ( alias Be'ol )
maka ditugaskan anak buahnya mencari sungai yang terdekat.
Setelah muter2 di semak2 hutan akhirnya sang pengawal menemukan aliran sungai. Kmudian di beritahukan hal trsebut kepada Letkol. Suharto.

Sambil tetap dibelakangnya pengawal mengantar Letkol. Suharto ke arah sungai yang di maksud.
sesampainya disungai Leltkol Suharto langsung Nongkrong untuk buang Air Besar.

Rupanya sang pengawal tampak kbingungan ketika itu...
" Posisi saya harus dimana ya...? kata pengawal dalam hati.
Tanpa pikir panjang sang pengawal langsung lepas celana dan nongkrong di Depan Letkol. Suharto yg sedang Be'ol.
Rupanya sang pengawal juga mau Be'ol.

" PENGAWAAALLLL" ....Bentak Letkol. Suharto dengan nada Tinggi.
" Siap Komandan..." jawab sang pengawal sambil hormat membelakangi Letkol. Suharto.

" Kurang ajar kamu, berani-beraninya be'ol di depan saya"....

Dengan tegas dan lugas sang pengawal menjawab :
" Tapi Komandan.......coba Komandan perhatikian, bukankah yang hanyut di sungai itu...punya saya tetap di belakang punya Komandan "....

source :kaskus

-= Memperingati Serangan 1 MARET =-



SEKILAS TENTANG SERANGAN UMUM 1 MARET
Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara terkoordinasi yang direncanaan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III -dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat- berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman, untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI -berarti juga Republik Indonesia- masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto pada waktu itu sebagai komandan brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta.

Monumen Serangan Umum 1 Maret ( di dekat Alun-alun Lor kraton Yogyakarta )Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan.

Kurang lebih satu bulan setelah Agresi Militer Belanda II yang dilancarkan pada bulan Desember 1948, TNI mulai menyusun strategi guna melakukan pukulan balik terhadap tentara Belanda yang dimulai dengan memutuskan telepon, merusak jalan kereta api, menyerang konvoi Belanda, serta tindakan sabotase lainnya.

Belanda terpaksa memperbanyak pos-pos disepanjang jalan-jalan besar yang menghubungkan kota-kota yang telah diduduki. Hal ini berarti kekuatan pasukan Belanda tersebar pada pos-pos kecil diseluruh daerah republik yang kini merupakan medan gerilya. Dalam keadaaan pasukan Belanda yang sudah terpencar-pencar, mulailah TNI melakukan serangan terhadap Belanda. Puncak serangan dilakukan dengan seangan umum terhadap kota Yogyakarta (ibu kota negara) pada tanggal 1 Maret 1949, dibawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah Wehrkreise III, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Serangan dilakukan pada kurang lebih pukul 06.00.

Pos komando ditempatkan di desa Muto. Pada malam hari menjelang serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota dan dalam jumlah kecil mulai disusupkan ke dalam kota. Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene dibunyikan serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro.

Sektor barat dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur dipimpim Mayor Sardjono, sektor utara oleh Mayor Kusno. Sedangkan untuk sektor kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, sebagaimana yang telah ditentukan semula pasukan TNI mengundurkan diri.

source :kaskus